PLN Yakinkan Operasional PLTU Suralaya Aman sepanjang Liburan Nataru
PT PLN (Persero) pastikan operasional pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Suralaya di Cilegon, Banten, masih tetap aman sepanjang masa liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2023. Persiapan itu karena suplai energi primer sudah tercukupi sampai 30 hari operasi (HOP).
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Rida Mulyana, sebagai wakil Menteri Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, pastikan suplai energi untuk warga dalam peristiwa Nataru ini terjaga saat mengevaluasi PLTU Suralaya.
Rida menambah, PLTU Suralaya ialah salah satu tulang punggung dari mekanisme kelistrikan Jawa Madura dan Bali (Jamali). Keunggulan suplai energi primer untuk operasional pembangkit jadi kunci keamanan tersedianya listrik sekarang ini.
“Berarti peranannya untuk mekanisme Jamali sehingga kita yakinkan rantai pasoknya dimulai dari energi primer sampai persiapan operatornya sampai pengadaan listrik ke warga dapat kita yakinkan terwujud,” tutur Rida.
Ikut datang dalam lawatan itu, PLT Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, Direktur Pembangkitan PLN, Adi Lumakso dan Direktur Utama PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha Putra.
Di kesempatan berlainan, Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo optimis pembangkit dengan keseluruhan kemampuan 3.400 megawatt (MW) ini bisa bekerja penuhi keperluan listrik di mekanisme Jamali sepanjang Nataru 2023. Dengan kemampuan itu, PLTU Suralaya menyuplai sekitaran 12 % dari keperluan listrik di mekanisme Jamali.
“Jika Nataru tahun kemarin keadaan suplai batu bara di Suralaya ini cukup kritis, tahun ini baik sekali, dan jadi HOP terbaik sejauh riwayat. Perolehan ini sebagai buah dari kerjasama di antara Pemerintahan, PLN dan semua stakeholder,” sebut Darmawan.
Pada Nataru 2022, keadaan suplai batu bara di PLTU Suralaya sempat ada dalam titik krisis dengan HOP kurang dari 7 hari. Sementara di tahun Nataru 2023, suplai batu bara capai 30 HOP.
Perolehan ini, Darmawan meneruskan, dari hasil usaha PLN bersama dengan Pemerintahan dan stakeholder di industri batu bara domestik, selalu kolaborasi dan bekerjasama untuk lakukan upaya-upaya untuk pastikan tersedianya energi primer tercukupi.
Dari segi pemantauan, semenjak awalnya tahun 2022, PLN sudah lakukan peralihan pola dalam pantauan dan pengaturan suplai batu bara. Sebelumnya, pemantauan cuma fokus di titik bedah (estimated time of arrival/ETA) sekarang jadi fokus di titik muat/loading.
Cara pemantauan dilaksanakan tidak cuma lewat fisik di atas lapangan tapi juga dengan integratif mekanisme pantauan digital di antara mekanisme PLN dengan mekanisme di Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM. Mekanisme ini memberi info sasaran loading dan terpadu dengan mekanisme di Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM yang menulis aktualisasi loading dari tiap penyuplai.
“Dengan mekanisme semacam ini karena itu bila ada kekuatan ketidakberhasilan suplai karena tersedianya batu bara atau armada angkutannya, segera dapat diketahui lebih awal. Tidak itu saja, corrective action bisa dilaksanakan as early as possible hingga kejelasan suplai dapat terbangun,” papar Darmawan.