Menuju Zero Emission 2050, Sekolah di Jakarta Ikuti Program NetZero
Perubahan cuaca yang sekarang ini terjadi secara global memaksakan manusia untuk selekasnya ambil sikap untuk kehidupan yang terus-menerus. Trend yang saat ini sedang terjadi ialah merealisasikan beragam pengembangan untuk kurangi emisi karbon dioksida untuk ke arah Zero Emission 2050. Cara yang diambil Pemerintah provinsi DKI Jakarta satu diantaranya dengan program sekolah NetZero Carbon dan green building.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat resmikan Sekolah Net Zero Carbon di SDN Ragunan 08, sampaikan jika sekolah sebagai bangunan yang terbanyak dipunyai oleh pemerintahan. Dan bangunan berperan sejumlah 39% emisi karbon global dan konsumsi 36% dari keseluruhan energi global.
“Maka bangunan itu ialah kontribusi paling besar. Kita sering jika menyaksikan dekarbonisasi yang dilihat ialah kendaraan motor saja, tidak! Sebenarnya bangunan itu mengisap energi 36%, kontributor ke emisi karbon global 39%,” tuturnya.
Jumlah gedung sekolah, baik negeri atau swasta, yang melewati seribu unit di semua Jakarta mempunyai potensi untuk menyumbangkan emisi karbon.
Dengan program Sekolah NetZero, sekolah jadi bangunan yang irit energi saat bekerja dan mayoritas keperluan dayanya disuplai dari sumber energi terbarukan. Dengan begitu, emisi karbon yang dibuat benar-benar kurang dan bisa berperan dalam turunkan emisi karbon di Jakarta pada masa yang akan datang.
Semenjak 2021, Kepala Dinas Pengajaran Propinsi DKI Jakarta Nahdiana menjelaskan, Disdik merehabilitasi keseluruhan beberapa sekolah dengan mengikutsertakan Green Building Council Indonesia (GBCI). Pemulihan dilaksanakan dari rencana design bangunan sampai proses sertifikasi Greenship NZH (Net Zero Healthy) Readiness Recognition (RR).
“Sekolah SDN Duren Sawit 14, Jakarta Timur; SDN Grogol Selatan 09, Jakarta Selatan; SDN Ragunan 08, Jakarta Selatan; dan SMAN 96, Jakarta Barat sudah memperoleh sertifikat Net Zero Healthy (NZH) dari GBCI. Selanjutnya, yang telah manfaatkan energi terbarukan (Pembangkit Lisrik Tenaga Surya/PLTS) telah capai 82 sekolah,” jelasnya.
Nahdiana menerangkan, sekolah bisa disebutkan NetZero jika bisa mengirit energi secara jumlah besar. Semua keperluan energi bangunan sekolah disuplai seutuhnya dari sumber energi terbarukan, hingga secara keseluruhan tidak ada emisi karbon yang dibuat, atau minimal emisi karbon yang dibuat benar-benar rendah, hingga berpeluang terjadi emisi karbon jadi 0 di masa datang.
Menurut Nahdina, program Sekolah NetZero ini bisa sukses bila ada peranan aktif dan loyalitas dari faksi sekolah. Beberapa peranan aktif yang dapat dilaksanakan diantaranya:
1. Meminimalkan pemakaian konsumsi energi, seperti kurangi pemakaian lampu, air dan AC;
2. Menambahkan dan memiara vegetasi untuk membikin satu cuaca micro yang lebih sejuk, sekalian memfilter debu kotoran, hingga peluang udara polusi yang terikut pergerakan udara sirkulasi alami akan dihindarkan dan tersaring;
3. Lakukan perawatan tehnologi energi terbarukan yang dipasang, misalkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Dengan lakukan Program Sekolah NetZero, karena itu beragam keuntungan akan didapat, yakni:
1. Tingkatkan kualitas udara yang lebih bagus di lingkungan sekolah, hingga bisa meminimalisir penebaran partikel dan virus yang beresiko dalam ruang;
2. Tingkatkan kenyamanan dari sisi visual dan termal, hingga bisa membuat situasi aman untuk guru dan pelajar untuk melakukan aktivitas belajar mengajar;
3. Tingkatkan penghematan energi listrik dari PLN, hingga bisa turunkan ongkos bulanan listrik yang perlu dibayar ke PLN;
4. Ikut menolong dalam pengaturan cuaca global lewat pengurangan emisi karbon pada bidang bangunan sekolah.