Kerusuhan Bersenandung Bergoyang Festival, Psikiater: Euforia Sesudah “Dikekang” Sepanjang Wabah
Psikiater sosial asal Solo, Sunyi Widyastuti, menjelaskan, kerusuhan Bersenandung Bergoyang Festival sebagai limpahan euforia warga pasca-pandemi Covid-19.
Bersenandung Bergoyang Festival di Istana olahraga Senayan, Jakarta Pusat, tahun 2022 ini usai kacau-balau karena padatnya pengunjung. Acara musik yang direncanakan realisasinya sepanjang 3 hari mulai 28-30 Oktober 2021 itu pada akhirnya cuma terlaksana 2 hari.
Kekacauan ini bermula dari rasa sedih pemirsa karena beberapa musikus malah gagal tampil pada acara dan beberapa jadwal mendadak dihilangkan tanpa kepastian info. Disamping itu, polisi mengatakan, faksi pelaksana sudah jual ticket melewati dari kekuatan ruangan yang dibolehkan.
Dari ijin 3.000 pemirsa saja, rupanya pemirsa yang datang capai 21.000. “Ini sebagai wujud euforia dari warga tersebut sebab menganggap sejauh ini kan dikekang (rekonsilasi ketentuan wabah Covid-19),” kata Sunyi.
Menurut Sunyi, euforia warga itu terang muncul karena ada rasa ingin berbahagia, melepaskan kebahagiaan, sesudah merendam atau mengendalikan diri menyesuaikan dengan beragam peraturan keras sepanjang wabah Covid-19.
Sekarang ini, wabah Covid-19 belum dipastikan usai, tapi beragam aktivitas atau kegiatan bergabung masyakarat sudah dibolehkan.
Terhitung satu diantaranya mengadakan konser-konser musik atau acara pesta sudah dibolehkan. “Iya jadi itu wujud rasa kebahagiaan, rasa suka yang terlampau hebat, itu kan benar-benar mencelakakan sebenarnya semacam itu,” kata Sunyi.
“Jadi mencelakakan diri kita dan mencelakakan orang disekelilingnya. Memang pada akhirannya kita jika bersedih sekedarnya dan berbahagia sekedarnya,” lebih ia.
Ditambah di saat konser seperti kejadian Bersenandung Bergoyang Festival itu, euforia itu makin besar karena beberapa individu yang kemungkinan rasakan hal sama bergabung di situ.
Dengan demikian, energi dan sebagian besar rasa dari pemuasan emosi mereka bisa menjadi satu hingga dapat memacu keadaan semacam itu.
“Jadi benar-benar pokoknya yang semula tidak bisa ngapa-ngapain tetapi mendadak seakan-akan Covid-19 tidak ada, kita telah terbebas dari beberapa hal semacam itu yang dahulu pada akhirnya euforianya itu lah seakan nuansanya itu seperti kebahagiaan bersama,” terang Sunyi.